Walaupun punya gelar dokter, saya masih menyerahkan kesehatan anak saya pada dokter anak. Baik itu masalah imunisasi, sakit ataupun konsultasi. Memang benar dokter anak terbaik bagi seorang anak adalah ibunya. Tapi kepanikan seorang ibu dan pikiran yang bermacam-macam tentang anaknya terkadang tidak membuat tindakan yang diambil menjadi rasional. Belum lagi masalah kehigienisan dalam menyimpan obat, misalnya regimen imunisasi.
Saya sudah cocok dengan salah satu dokter di harapan kita. Laki-laki, dengan pembawaan tenang dan murah senyum.Walau hanya imunisasi dia periksa tumbuh kembang, kesehatan anak dari A-Z, nyediain waktu nbuat konsultasi walau pasiennya banyak. Tapi RSAB harapan kita dari Rawamangun lumayan jauh ya, apalagi kalo pake macet, belum lagi parkirnya yang Alhamdulillah selalu susah. Awalnya sih buat imunisasi gapapa, Jabbar anteng di mobil walau lama dalam perjalanan. Tapi kalo sakit gini? Jadilah ke RSIA yang lumayan deket dari rumah.
Saya ga tau mana dokter anak yang pas di hati, karena terkadang
tidak sama setiap orang dalam menilai, daripada tanya-tanya lebih bagus
coba langsung. Juga saya kurang suka kalau pilih dsa yang apsiennya
terlalu ramai, saya ingin punya waktu sampai saya puas bertanya.
Dokter
pertama, saya kena marah karena tidak ngasih "obat ini" kepada anak
saya padahal saya seorang dokter. Ngomongnya ketus, saya tanya, malah
ditanya balik. Sebagai seorang dokterpun saya berprinsip meminimalisir
obat yang masuk ke tubuh anak saya. Kalau masi bisa home treatment lebih
bagus. Duile, saya ngaku dokter terkadang bukan karena mau free bayar
jasa konsultasi, tapi supaya lebih enak dalam berdiskusi, supaya
dokternya tidak menganggap saya awam. Ini malah dikira saya tau
segalanya.
Yang kedua kali dsa nya dosen suami saya waktu kuliah
dulu, karena suami saya ikut malah ngobrol tentang dokter2 yang mereka
kenal bukan masalah kesehatan anak saya. Dan yang ketiga ini saya gak
mau ngaku seorang dokter, ibu rumah tangga aja, biar deh bayar jasa
konsultasi, walau mendegarkan wejangan yang umum paling gak dia peduli
sama anak saya. Anak saya yang baru 7 bulan sangat senang dengan kertas
jadi kertas konsulnya diambil lalu dr tsb berkata "eh Nakal ya" jiah!
apapun yang anak dibawah 3 tahun lakukan itu bukan nakal, itu respon
normal, malah itulah kepintarannya, ortu mana yang senang kalo anaknya
di bilang nakal. Duuuh rindu dsa yang care sama pasien dan ramah
terhadap ortu deh.
Di ruang menyusui banyak ibu2 yang konsultasi
ini itu , masalah ASI, MPASI maupun tumbuh kembang, saya aja yang dokter
umum slalu membangkitkan semangat ibu untuk jadi dokter anak buat
anaknya sendiri, bukan bergantung obat, dan menganggap semua anak
spesial.
dear jabbar apa perlu mama mu ini ngambil spesialis anak ???
nb:
InsyAllah ini tidak memojokkan individu, saya tidak mencantumkan nama,
saya pun seorang dokter yang menjunjung tinggi etika kedokteran. Hanya
sebagai curahan hati semata.
No comments:
Post a Comment