Tuesday, May 29, 2012

Still Looking For the best Peadritician

Walaupun punya gelar dokter, saya masih menyerahkan kesehatan anak saya pada dokter anak. Baik itu masalah imunisasi, sakit ataupun konsultasi. Memang benar dokter anak terbaik bagi seorang anak adalah ibunya. Tapi kepanikan seorang ibu dan pikiran yang bermacam-macam tentang anaknya terkadang tidak membuat tindakan yang diambil menjadi rasional. Belum lagi masalah kehigienisan dalam menyimpan obat, misalnya regimen imunisasi.
Saya sudah cocok dengan salah satu dokter di harapan kita. Laki-laki, dengan pembawaan tenang dan murah senyum.Walau hanya imunisasi dia periksa tumbuh kembang, kesehatan anak dari A-Z, nyediain waktu nbuat konsultasi walau pasiennya banyak. Tapi RSAB harapan kita dari Rawamangun lumayan jauh ya, apalagi kalo pake macet, belum lagi parkirnya yang Alhamdulillah selalu susah. Awalnya sih buat imunisasi gapapa, Jabbar anteng di mobil walau lama dalam perjalanan. Tapi kalo sakit gini? Jadilah ke RSIA yang lumayan deket dari rumah.
 Saya ga tau mana dokter anak yang pas di hati, karena terkadang tidak sama setiap orang dalam menilai, daripada tanya-tanya lebih bagus coba langsung. Juga saya kurang suka kalau pilih dsa yang apsiennya terlalu ramai, saya ingin punya waktu sampai saya puas bertanya.
Dokter pertama, saya kena marah karena tidak ngasih "obat ini" kepada anak saya padahal saya seorang dokter. Ngomongnya ketus, saya tanya, malah ditanya balik. Sebagai seorang dokterpun saya berprinsip meminimalisir obat yang masuk ke tubuh anak saya. Kalau masi bisa home treatment lebih bagus. Duile, saya ngaku dokter terkadang bukan karena mau free bayar jasa konsultasi, tapi supaya lebih enak dalam berdiskusi, supaya dokternya tidak menganggap saya awam. Ini malah dikira saya tau segalanya.
Yang kedua kali dsa nya dosen suami saya waktu kuliah dulu, karena suami saya ikut malah ngobrol tentang dokter2 yang mereka kenal bukan masalah kesehatan anak saya. Dan yang ketiga ini saya gak mau ngaku seorang dokter, ibu rumah tangga aja, biar deh bayar jasa konsultasi, walau mendegarkan wejangan yang umum paling gak dia peduli sama anak saya. Anak saya yang baru 7 bulan sangat senang dengan kertas jadi kertas konsulnya diambil lalu dr tsb berkata "eh Nakal ya" jiah! apapun yang anak dibawah 3 tahun lakukan itu bukan nakal, itu respon normal, malah itulah kepintarannya, ortu mana yang senang kalo anaknya di bilang nakal. Duuuh rindu dsa yang care sama pasien dan ramah terhadap ortu deh.
Di ruang menyusui banyak ibu2 yang konsultasi ini itu , masalah ASI, MPASI maupun tumbuh kembang, saya aja yang dokter umum slalu membangkitkan semangat ibu untuk jadi dokter anak buat anaknya sendiri, bukan bergantung obat, dan menganggap semua anak spesial.
dear jabbar apa perlu mama mu ini ngambil spesialis anak ???


nb: InsyAllah ini tidak memojokkan individu, saya tidak mencantumkan nama, saya pun seorang dokter yang menjunjung tinggi etika kedokteran. Hanya sebagai curahan hati semata.




No comments:

Post a Comment